Kumpulan puisi
Mata
Mata, jendela jiwa,
penjaga rahasia dalam tatapan hening.
Melukis cerita tanpa suara,
menyimpan luka, bahagia, dan rindu yang berpusing.
Dalam binarmu, ada bintang,
berkedip seirama harapan.
Dalam kelopaknya, ada hujan,
mengalirkan duka yang tak terucapkan.
Mata, penjaga waktu,
merekam jejak langkah yang pernah hilang.
Menatap masa depan,
meski tertutup kabut keraguan.
Mata, saksi bisu,
tentang cinta yang tak sempat dijelaskan.
Tentang perpisahan yang tak terelakkan,
dan janji-janji yang hanya tertinggal bayangan.
Oh, mata,
kau adalah puisi tanpa kata.
Menuturkan segalanya,
tanpa perlu berbicara.
Telinga
Telinga, lengkung sunyi,
tempat bisikan dunia bermuara.
Menyerap irama pagi,
hingga jerit malam yang penuh rahasia.
Di dalammu tersimpan cerita,
gumam lembut atau gelegar amarah.
Nada-nada rindu,
hingga gema janji yang perlahan punah.
Telinga, penjaga bisik semesta,
dengarkan nyanyian angin,
rintik hujan yang jatuh perlahan,
dan langkah hati yang tak terlihat.
Kadang kau menjadi saksi,
pada rahasia yang tak ingin terdengar.
Pada isak yang terselip di sela-sela napas,
dan doa yang merambat lewat udara.
Telinga,
kau adalah teman hening,
yang tak memilih suara,
hanya menerima, apa pun maknanya.
Mata, Telinga, dan Doa
Mata memandang langit yang luas,
mencari arah dalam gulita.
Telinga menangkap bisikan lembut,
gema harapan yang datang dari jiwa.
Dalam redup pandang mata,
ada doa yang tak pernah pudar.
Menyusup di sela hembus angin,
memanjatkan cinta kepada Sang Pengatur.
Telinga mendengar isak malam,
jerit kecil hati yang merintih.
Namun di antara gelap dan sepi,
doa selalu datang sebagai pelipur kasih.
Mata yang berkaca,
melihat dunia dalam bias rasa.
Telinga yang waspada,
menyerap hikmah dari suara semesta.
Doa mengikat keduanya erat,
melampaui batas pandang dan dengar.
Menyentuh ruang tanpa bentuk,
menghubungkan kita pada yang Maha Benar.
tulisan yang bagus lumayan untuk menambah inspirasi🤩
BalasHapuskeren bgt tulisannya
BalasHapus